atau

14 Maret 2011

sila bodhisattva mahayana

1
SILA-SILA BODHISATTVA
(THE VOWS OF THE BODHISATTVA)
BODHICITTA ASPIRATIF (WISHING BODHICITTA):
Tekad setelah mengambil sila untuk mengembangkan bodhicitta aspiratif dibagi dalam dua bagian:
I.
Bagaimana menjaga sila-sila agar bodhicitta aspiratif tidak merosot dalam kehidupan ini.
II.
Bagaimana menjaga dan meningkatkan praktik Anda agar bodhicitta aspiratif tidak merosot dalam kehidupan-kehidupan mendatang.
I. Bagaimana menjaga sila-sila agar bodhicitta aspiratif tidak merosot dalam kehidupan ini
1.
Bangkitkan inspirasi dengan merenungkan manfaat-manfaat dari mengembangkan bodhicitta, yaitu:
a.
Merupakan gerbang satu-satunya untuk memasuki jalan Mahayana.
b.
Anda akan disebut "Putera-Puteri para Buddha/Jinaputra."
c.
Anda akan melampaui kecemerlangan para Shravaka dan Pratyekabuddha.
d.
Anda akan menjadi objek untuk penghormatan dan persembahan.
e.
Dengan mudah Anda akan menyempurnakan pengumpulan potensi-potensi positif (punya) yang luar biasa banyaknya.
f.
Dengan segera halangan-halangan karena tilasan-tilasan karma negatif akan terpurifikasi.
g.
Anda akan mencapai apapun yang Anda inginkan.
h.
Anda tidak akan dikuasai oleh gangguan atau bahaya.
i.
Anda akan menjadi sumber kenyamanan dan kebahagiaan yang tiada habis-habisnya bagi makhluk-makhluk.
j.
Dengan segera Anda akan mencapai semua realisasi dalam jalan mencapai penggugahan.
2.
Renungkan bodhicitta dan lafalkan doa tiga kali pada pagi hari dan tiga kali pada malam hari agar bodhicitta tidak merosot. Merupakan karma negatif yang sangat berat jika meninggalkan bodhicitta karena Anda telah berjanji untuk membimbing semua makhluk pada penggugahan; merupakan karma negatif yang berat jika Anda melanggar janji dan meninggalkan bodhicitta. Anda seharusnya tidak pernah berkecil hati/putus asa bahkan jika kelihatannya perlu waktu yang begitu lama untuk mencapai penggugahan. Daripada menjadi putus asa, renungkan manfaat-manfaat dan keuntungan-keuntungan dari mengembangkan bodhicitta, dan bangkitkan kembali sila-sila Anda dengan melafalkan doa Bodhicitta Aspiratif berikut:
"Oh para Buddha, Bodhisattva dan Guru, mohon beri perhatian pada apa yang saya sampaikan dari lubuk hati saya: Seperti semua Buddha di masa lampau telah mengemmbangkan bodhictta, bodhicitta yang sesungguhnya, kemudian menjalankan tahap-tahap praktik semua Bodhisattva, semoga saya juga, demi semua makhluk, mengembangkan bodhicitta dan mengikuti praktik yang telah dijalankan semua Bodhisattva.
2
3.
Jangan meninggalkan bodhicitta karena tindakan tidak bajik yang dilakukan makhluk lain. Ini terjadi jika Anda berpikir bahwa Anda tidak akan membantu atau bertindak demi kebahagiaan makhluk tertentu yang telah menyakiti Anda.
4. Mengumpulkan dua pengumpulan. Pada tahap awal, Anda dapat memperoleh potensi-potensi positif yang bersifat materiil yang luar biasa banyaknya dengan memberi kepada yang miskin dan membuat persembahan kepada Triratna, dan memperoleh potensi-potensi positif secara mental dengan merenungkan shunyata dan bodhicitta.
II. Bagaimana menjaga dan meningkatkan praktik Anda agar bodhicitta aspiratif tidak merosot dalam kehidupan-kehidupan mendatang
1. Meninggalkan empat tindakan yang menghasilkan karma hitam:
a. Karma hitam yang pertama adalah dengan sengaja menipu atau membohongi kepala vihara, Guru, atau makhluk suci lainnya, seperti mengubah topik pembicaraan ketika Guru Anda meminta Anda untuk melakukan sesuatu, atau tidak memberitahukan Guru Anda tentang tindakan-tindakan negatif Anda karena merasa takut ditegur.
b. Karma hitam yang kedua adalah membuat orang lain menjadi berkecil hati atas tindakan-tindakan bajik yang dilakukannya, atau menyebabkan orang lain menyesali tindakan bajik yang telah mereka lakukan, misalnya mengatakan berikut kepada orang yang mempraktikkan pengentasan diri, “Itu bagus tetapi akan sulit bagi Anda untuk menjalankan praktik tersebut. Anda menyebabkan mereka meragukan praktik bajik mereka. Bahkan jika mereka tidak menyesali tindakan bajik mereka, anjuran Anda untuk tersebut adalah karma hitam.
c. Karma hitam yang ketiga adalah mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan kepada seorang Bodhisattva karena kemarahan. Bahkan jika Bodhisattva tersebut bersalah, jika kata-kata caci-makian Anda didengar oleh orang lain, Anda menciptakan karma hitam.
b. Karma hitam yang keempat adalah bertindak secara tipu daya terhadap makhluk hidup, mempunyai motif tersembunyi bukannya aspirasi murni untuk mencapai penggugahan demi semua makhluk, seperti berpura-pura sebagai seorang yang berpendidikan atau menyembunyikan kekurangan-kekurangan Anda.
2. Mengembangkan empat tindakan yang menghasilkan karma putih:
Empat karma putih berikut ini adalah penawar untuk keempat karma hitam di atas.
a. Tidak mengucapkan kata-kata bohong kepada satu makhluk pun meskipun dalam bentuk lelucon atau bahkan bila itu mengorbankan hidup Anda.
3
b. Mempertahankan sikap tulus yang sungguh-sungguh kepada setiap makhluk, bebas dari tipu muslihat apapun. Membantu makhluk lain tanpa membeda-bedakan atau menggunakan tipu muslihat.
c. Mencoba untuk membayangkan setiap makhluk sebagai Guru itu sendiri, dan melihat semua makhluk dan benda-benda sebagai benar-benar murni. Tidak mengritik para Bodhisattva. Karena Anda tidak tahu seseorang itu Bodhisattva atau bukan, adalah paling baik untuk memperlakukan semua makhluk sebagai Bodhisattva atau Buddha.
d. Membimbing seseorang untuk berjuang demi penggugahan sempurna, ketimbang membimbing mereka ke jalan yang lebih rendah. Mengambil tanggung jawab untuk membimbing semua makhluk dalam jalan Mahayana dengan:
(1)
Membangkitkan antusiasme mereka dalam jalan Mahayana. Meskipun Anda tidak berhasil, Anda harus selalu mencoba untuk melakukannya.
(2)
Ikut bergembira (bermudita) atas kebajikan-kebajikan orang lain daripada irihati dengan tindakan-tindakan mereka untuk mencapai penggugahan.
(3)
Kembangkanlah cinta kasih dan welas asih dalam setiap dan semua tindakan Anda.
Hasil dari mempraktikkan karma putih dan menghindari karma hitam adalah tidak pernah terpisahkan dari bodhicitta. Jika Anda gagal menjalankan salah satu sila, maka Anda harus mengambil ulang sila-sila tersebut. Mengambil ulang sila-sila dapat Anda lakukan sendiri dengan membayangkan representasi dari Buddha di hadapan Anda, bayangkan representasi tersebut adalah Guru Anda dan lafalkan doa bodhicitta.
BODHICITTA AKTIF (ENGAGING BODHICITTA):
Tekad setelah mengambil sila untuk mengembangkan bodhicitta aktif dibagi dalam dua bagian:
A.
Delapan belas kegagalan pokok
B.
Empat puluh enam kegagalan sekunder.
A. Delapan belas kegagalan pokok (the eighteen root downfalls):
1. Kegagalan pokok dari memuji diri sendiri dan mengritik orang lain.
Anda melakukan kegagalan ini jika didasari oleh keterikatan untuk memperoleh keuntungan atau kehormatan, Anda memuji diri sendiri dan mengritik orang lain yang sebenarnya mempunyai kualitas-kualitas baik. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi dua kegagalan pokok, yaitu memuji diri sendiri dan mengritik orang lain.
4
2. Kegagalan pokok dari tidak memberikan Dharma atau bantuan materi.
Anda melakukan kegagalan ini dalam situasi dimana Anda seharusnya memberikan Dharma yang Anda ketahui atau benda-benda materi yang Anda miliki kepada mereka yang menderita, kepada mereka yang tidak mempunyai pelindung, tetapi sebaliknya Anda malah tidak memberikan hal-hal tersebut karena merasa posesif (tidak ingin berbagi). Kegagalan ini dapat dibagi menjadi dua kegagalan pokok, yaitu tidak memberikan Dharma dan tidak memberikan bantuan materi.
3. Kegagalan pokok dari tidak menerima permintaan maaf seseorang dan menyerang orang lain.
Anda melakukan kegagalan ini jika seseorang mendatangi Anda secara baik-baik dan memberikan penjelasan, seperti meminta maaf dan sebagainya, namun Anda masih tetap marah dan melakukan hal-hal yang menyakiti mereka baik melalui ucapan maupun tindakan. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi dua kegagalan pokok, yaitu menyerang orang lain dan tidak menerima penjelasan yang diberikan seseorang.
4. Kegagalan pokok dari meninggalkan jalan Mahayana dan mengajarkan Dharma yang keliru.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda meninggalkan kitab-kitab ajaran dari jalan Bodhisattva dengan mengatakan, "Ini tidak diucapkan/diajarkan oleh Buddha." Kemudian Anda menikmati praktik Dhama yang keliru dan juga mengajarkannya kepada orang lain. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi dua kegagalan pokok, yaitu meninggalkan jalan Mahayana dan mengajarkan Dharma yang keliru.
5. Kegagalan pokok dari mencuri benda-benda milik Triratna.
Anda melakukan kegagalan ini dengan cara seperti berikut: ada harta benda atau suatu objek materi yang telah dipersembahkan kepada Triratna. Meskipun Anda tidak berhak, Anda secara sengaja mengambilnya untuk diri Anda sendiri. Anda melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain melakukannya untuk Anda, dengan berbagai cara: mencuri secara diam-diam, merampok atau mengambil secara paksa, atau mengambil dengan cara yang licik. Kegagalan pokok menjadi lengkap pada saat Anda mendapatkan benda tersebut. Kegagalan pokok ini dapat dibagi menjadi tiga jenis kegagalan pokok, yaitu mencuri benda-benda yang dipersembahkan kepada Buddha, kepada Dharma dan kepada Sangha.
6. Kegagalan pokok dari meninggalkan Dharma tertinggi.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda merendahkan ajaran dari ketiga yana, yang menguraikan setiap aspek dari ajaran, dengan mengatakan, "Ini bukan kata-kata dari Buddha." Kegagalan ini dapat dibagi menjadi tiga kegagalan pokok, yaitu meninggalkan ajaran-ajaran dari Shravakayana, Pratyekabuddhayana, dan Bodhisattvayana.
5
7. Kegagalan pokok dari mengambil jubah kuning dan sebagainya, serta menghilangkan status kebhikshuan dari seorang bhikshu/bhikshuni.
Anda melakukan kegagalan ini bila terhadap seorang bhikshu/bhikshuni, apakah ia menjaga silanya atau tidak, Anda mengambil jubah kuningnya, atau memukulnya atau memenjarakannya; atau menghilangkan status kebhikshuannya. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi dua kegagalan pokok, yaitu mengambil jubah kuning bhikshu/bhikshuni dan sebagainya, dan menghilangkan status kebhikshuan seorang bhikshu/bhikshuni.
8. Kegagalan pokok dari melakukan panca anantaryakarma (lima tindakan negatif yang sangat berat).
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda melakukan salah satu atau kombinasi dari lima tindakan negatif yang sangat berat, yaitu membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh Arhat, menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Sangha, atau melukai Tathagatha dengan niat jahat. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi lima kegagalan pokok, yaitu masing-masing dari kelima karma berat tersebut.
9. Kegagalan pokok dari memiliki cara pandang keliru.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda memiliki pikiran seperti "Tidak ada hubungan antara tindakan yang dilakukan dengan akibat yang diterima," atau "Tidak ada kehidupan lampau dan mendatang," dan sebagainya.
10. Kegagalan pokok dari menghancurkan pemukiman dan sebagainya.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda menghancurkan pemukiman, kota, daerah, atau negara secara keseluruhan. Kegagalan ini dapat dibagi menjadi empat kegagalan pokok, yaitu menghancurkan setiap jenis tempat tinggal yang disebut di atas.
11. Kegagalan pokok dari mengajarkan shunyata kepada orang yang belum siap secara mental.
Anda melakukan kegagalan ini pada seseorang yang belum mencapai tahap dimana ia dapat memahami ajaran mengenai shunyata, tetapi ia sudah mampu mengembangkan tekad untuk mencapai penggugahan sempurna (bodhicitta). Kegagalan ini menjadi lengkap jika sebagai akibat dari ajaran Anda mengenai shunyata, ia menjadi takut sehingga ia meninggalkan tekad untuk mencapai penggugahan sempurna, dan sebaliknya ia mengembangkan tekad untuk mencapai pembebasan pribadi.
12. Kegagalan pokok dari menyebabkan seseorang berpaling dari penggugahan sempurna.
Kegagalan ini terjadi bila Anda mengatakan hal berikut kepada orang yang telah mengembangkan tekad untuk mencapai penggugahan sempurna: "Kamu tidak akan pernah dapat menjalankan Enam Paramita dan mencapai Kebuddhaan. Jika kamu
6
berupaya untuk mencapai tujuan dari para Shravaka dan Pratyekabuddha, maka kamu akan dapat membebaskan dirimu dari samsara."
Jika karena ucapan Anda ini, orang tersebut meninggalkan aspirasinya untuk mencapai penggugahan sempurna, maka kegagalan ini menjadi lengkap.
13. Kegagalan pokok dari menyebabkan seseorang meninggalkan sila Pratimoksha.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda mengatakan pada seseorang yang menjaga dengan baik sila Pratimoksha-nya, "Apa gunanya menjaga kemurnian sila Pratimoksha? Sebaiknya kamu mengembangkan aspirasi mencapai penggugahan sempurna – lebih baik kamu memasuki jalan Mahayana." Dan kemudian Anda mengatakan, "Jika kamu melakukannya, kamu akan dapat menghentikan setiap dan semua tindakan negatif yang dilakukan melalui tiga gerbang (pikiran, ucapan dan perbuatan)."
Jika karena ucapan Anda ini, orang tersebut meninggalkan sila Pratimoksha, maka kegagalan pokok ini menjadi lengkap.
14. Kegagalan pokok dari menganggap bahwa seseorang tidak dapat menghilangkan keterikatan dan sebagainya dengan mengikuti jalan Shravaka.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda menganggap bahwa realisasi dari para Shravaka dan Pratyekabuddha tidak akan pernah dapat membebaskan seseorang dari samsara: Anda merendahkan jalan Hinayana dengan mengatakan, "Betapa banyaknya praktik yang dijalankan seseorang dalam jalan Shravaka dan Pratyekabuddha, ia tidak akan pernah dapat menghilangkan klesha secara menyeluruh."
15. Kegagalan pokok dari menyatakan hal yang sepenuhnya bertentangan bahwa Anda telah mengalami shunyata secara langsung padahal belum.
Anda melakukan kegagalan ini bila sesungguhnya Anda belum mengalami shunyata secara langsung, namun Anda mengajarkan topik mcngenai shunyata kepada orang lain dan mengatakan, "Jika kamu bermeditasi mengenai ini, kamu akan seperti saya dan kamu akan mengalami shunyata secara langsung." Kegagalan ini menjadi lengkap begitu orang lain memahami dan mempercayai kata-kata Anda.
16. Kegagalan pokok dari menerima benda-benda milik Triratna yang diberikan oleh orang lain kepada Anda.
Seandainya seseorang mengambil atau mencuri objek yang merupakan milik Triratna, atau milik Sangha, atau milik seorang bhikshu, dan seandainya ia memberikannya sebagai persembahan untuk Anda. Anda melakukan kegagalan ini jika Anda menerima benda tersebut dan memilikinya.
7
17. Kegagalan pokok dari menolak praktik shamatha, dan memberikan milik seorang meditator kepada orang yang praktiknya adalah pelafalan.
Kegagalan ini dilakukan jika karena merasa tidak menyukai mereka, Anda mengambil benda-benda milik meditator yang menjalankan meditasi shamatha, lalu Anda memberikan benda-benda ini kepada mereka yang praktiknya adalah pelafalan.
18. Kegagalan pokok dari meninggalkan bodhicitta (tekad mencapai penggugahan demi semua makhluk).
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda meninggalkan aspirasi mencapai penggugahan demi semua makhluk (bodhicitta).
Untuk sila ke-9 (kegagalan pokok dari memiliki cara pandang keliru) dan sila ke-18 (kegagalan pokok dari meninggalkan bodhicitta) – terjadinya kedua kegagalan pokok ini tidak membutuhkan hadirnya empat syarat.
Sedangkan untuk sila-sila pokok lainnya, keempat syarat berikut harus ada untuk terjadinya kegagalan pokok:
a. Tahu bahwa diri Anda telah melanggar sila namun Anda tidak peduli. (Jika Anda mengetahui dan menerima bahwa tindakan tersebut adalah negatif maka ini membuat pelanggaran tidak lengkap.
b. Keinginan untuk mengulangi tindakan keliru tersebut, tanpa rasa penyesalan. ( Jika ada keinginan untuk tidak mengulangi tindakan ini lagi, akan membuat pelanggaran menjadi tidak lengkap).
c. Merasa gembira dan puas telah melakukan tindakan keliru tersebut. (Jika ada penyesalan atas tindakan yang telah dilakukan, itu akan membuat pelanggaran menjadi tidak lengkap).
d. Tidak mempunyai hri (standar diri) atau apatrapya (mempertimbangkan makhluk lain). Tidak peduli konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.
B. Empat puluh enam kegagalan sekunder (the forty-six secondary offenses):
Tujuh kegagalan sekunder berikut ini (no. 1-7) bertentangan dengan praktik dana paramita.
1. Kegagalan sekunder dari tidak memberikan persembahan pada Triratna melalui tiga gerbang ekspresi (tubuh, ucapan dan pikiran).
Anda melakukan ini jika dalam kurun waktu 24 jam, Anda tidak melakukan persembahan pada salah satu atau gabungan dari Triratna melalui tiga gerbang ekspresi;
8
dengan bernamaskara, memuliakan dengan kata-kata, dan bermeditasi tentang kualitas-kualitas dari Triratna.
2. Kegagalan sekunder dari membiarkan keinginan terus berlanjut.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda tidak mencoba menghentikan pikiran-pikiran seperti keinginan yang berlebihan terhadap suatu objek, tidak puas dengan apa yang Anda miliki, keterikatan untuk dihormati orang lain, dan sebagainya.
3. Kegagalan sekunder dari tidak menghormati para senior.
Anda melakukan kegagalan ini terhadap seseorang yang lebih senior dari Anda, yaitu orang yang telah mengambil sila Bodhisattva lebih dahulu dari Anda, mereka yang mempunyai kualitas-kualitas baik, dan orang yang layak Anda hormati. Kegagalan ini dilakukan jika Anda gagal memberi penghormatan kepada mereka dengan cara tertentu, dan sebagainya.
4. Kegagalan sekunder dari tidak menjawab pertanyaan.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena marah atau malas, Anda tidak memberikan jawaban yang sesuai kepada orang yang menanyakan sesuatu kepada Anda dengan tulus dan bermaksud baik.
5. Kegagalan sekunder dari tidak menerima undangan.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena kesombongan, atau keinginan untuk menyakiti mereka, marah, atau malas, Anda menolak seseorang yang mengundang Anda untuk menghadiri makan, memberikan Anda pakaian, dan sebagainya.
6. Kegagalan sekunder dari tidak menerima persembahan emas atau sebagainya.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena ingin menyakiti mereka, atau karena marah atau malas, Anda menolak menerima emas atau perak atau persembahan materi lainnya yang diberikan oleh seseorang kepada Anda. Namun jika Anda tidak menerimanya atas dasar welas asih, misalnya mengetahui bahwa orang tersebut akan kekurangan atau ia membutuhkannya, ini bukanlah pelanggaran.
7. Kegagalan sekunder dari menolak memberikan Dharma kepada mereka yang menginginkannya.
Anda melakukan ini jika karena ingin menyakiti mereka, atau karena marah atau cemburu atau malas, Anda menolak untuk memberikan Dharma kepada mereka yang menginginkannya.
9
Sembilan kegagalan sekunder berikut ini (no. 8-16) bertentangan dengan praktik sila paramita.
8. Kegagalan sekunder dari menolak mereka yang gagal dalam menjalankan sila.
Seandainya Anda bertemu dengan orang-orang yang gagal dalam menjalankan sila; mereka yang melakukan salah satu dari panca anantaryakarma atau salah satu dari kegagalan pokok, Anda melakukan kegagalan ini jika karena apa yang telah mereka lakukan, atau karena ingin menyakiti mereka, atau karena marah atau malas, Anda sepenuhnya menolak dan mengabaikan mereka.
9. Kegagalan sekunder dari tidak mengikuti sila-sila, yang akan membimbing orang lain untuk mengembangkan keyakinan.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena tidak tertarik, Anda tidak menanamkan keyakinan dalam diri mereka yang mengikuti marga tertentu, misalnya Shravakayana.
10. Kegagalan sekunder dari melakukan tindakan yang lebih rendah manfaatnya bagi semua makhluk.
Seorang Bodhisattva tidak harus menjalankan jenis-jenis sila tertentu dari ajaran-ajaran mengenai disiplin (Vinaya) dengan cara yang sama seperti seorang dari tradisi Shravaka. Dengan berpatok pada hal-hal kecil, seseorang mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menolong makhluk lain. Je Rinpoche mengatakan intinya adalah seorang Bodhisattva akan mengumpulkan apa yang ia bisa kumpulkan demi orang lain. Jika Anda tetap mempertahankan suatu sila dengan cara yang sama seperti seseorang dari tradisi Shravaka dan tidak menggunakan kesempatan ini untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada makhluk lain, maka Anda telah melakukan kegagalan ini. Sila-sila seharusnya tidak menghindarkan seseorang dari berbuat kebajikan.
11. Kegagalan sekunder dari tidak mengingkari sila atas dasar welas asih (karuna).
Terdapat situasi-situasi luar biasa dimana tujuh perbuatan tidak bajik – diijinkan bagi seseorang yang memiliki tekad bodhicitta, dan yang menjalankan sila Bodhisattva dengan cara yang benar. Bila Anda adalah orang seperti ini dan dengan melakukannya, akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi orang lain, maka Anda telah melakukan kegagalan ini jika Anda tidak melakukannya. Namun Anda harus berhati-hati. Tanpa dilandasi bodhicitta yang sesungguhnya adalah sulit untuk mentransformasi perbuatan tidak bajik menjadi perbuatan bajik.
12. Kegagalan sekunder dari menjalani cara hidup yang keliru.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda melakukan salah satu atau gabungan dari lima jenis cara hidup yang keliru, dan Anda tidak berusaha melakukan tindakan korektif. Kelima jenis cara hidup yang keliru adalah berusaha mendapatkan benda-benda materi dengan: (1) berpura-pura (memberikan kesan yang baik sehingga orang akan
10
memberikan sesuatu kepada Anda), (2) rayuan (memuji orang lain dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu), (3) isyarat (misalnya mengatakan, ''Hadiah yang Anda berikan kepada saya sangat indah," dan mengisyaratkan Anda menginginkan lebih banyak lagi), (4) paksaan atau pemerasan (menyalah-gunakan kekuasaan, menekan orang lain sehingga mereka tidak mempunyai pilihan) atau (5) mengumpan (memberikan sesuatu yang lebih kecil nilainya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar).
13. Kegagalan sekunder dari lupa diri/ hilang kendali dan bertindak sembarangan.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda sendiri kehilangan kendali dan bertindak sembarangan, mengalihkan perhatian pada kesenangan dan permainan-permainan atau mengobrol dengan cara yang konyol. Anda juga melakukan kegagalan ini jika Anda mencoba mempengaruhi orang lain untuk bertindak sembarangan dan sebagainya.
14. Kegagalan sekunder dari berpikir bahwa Anda memang perlu berputar-putar dalam samsara.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda berpikir bahwa para Bodhisattva tinggal dalam samsara selama tiga mahakalpa tak terhitung dan mereka tidak takut pada klesha-klesha, mereka tidak perlu berusaha untuk menghilangkan klesha-klesha dan mencapai Nirvana. Ini adalah pemikiran yang keliru. Para Bodhisattva muncul di dunia ini untuk membantu para makhluk, dan mereka mengembangkan pengentasan diri dan keinginan untuk mencapai Nirvana yang lebih luar biasa dari para Shravaka. Namun karena welas asih agung, dengan senang hati mereka akan terlahir di neraka jika ini akan bermanfaat bahkan untuk satu makhluk. Jadi adalah keliru bila tidak mengembangkan penawar-penawar untuk menghilangkan klesha dan berusaha mencapai Nirvana atau menghalangi makhluk lain yang berusaha mencapai penggugahan karena cara pandang yang keliru tersebut.
15. Kegagalan sekunder dari tidak menghentikan desas-desus atau reputasi buruk tentang diri Anda.
Seandainya Anda telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyebabkan desas-desus buruk atau fitnah yang mungkin menyebabkan orang lain menjadi ragu atas kejujuran atau kemurnian dari apa yang Anda katakan. Anda melakukan kegagalan ini jika Anda tidak mengambil langkah-langkah untuk mengklarifikasi keadaannya dan menghentikan desas-desus tersebut. Termasuk jika Anda tidak menghentikan tindakan, ucapan, pikiran negatif yang dapat menyebabkan reputasi buruk bagi diri Anda.
16. Kegagalan sekunder dari tidak mengoreksi seseorang jika hal ini harus dilakukan dengan cara yang keras.
Seandainya seseorang melakukan tindakan-tindakan negatif melalui perbuatan atau ucapan, dan Anda menyadari bahwa bila Anda mengambil suatu tindakan yang sangat keras terhadap mereka, Anda akan dapat meluruskan mereka. Anda
11
melakukan kegagalan ini jika Anda tidak melakukannya supaya mereka tetap berpandangan baik mengenai diri Anda.
Empat kegagalan sekunder berikut ini (no. 17-20) bertentangan dengan praktik ksanti paramita.
17. Kegagalan sekunder dari kehilangan empat poin praktik kebajikan.
Seandainya seseorang melakukan yang manapun dari empat hal berikut atau sesuatu yang serupa kepada Anda: (1) menghina atau menyalahkan Anda, (2) marah kepada Anda, (3) memukul Anda atau (4) mengritik Anda. Anda melakukan kegagalan ini bila Anda membalas dengan hal yang sama.
18. Kegagalan sekunder dari mengabaikan/mengacuhkan mereka yang marah.
Seandainya Anda telah melakukan kesalahan kepada seseorang, atau bahkan orang ini berpikir bahwa Anda telah melakukan kesalahan. Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti mereka, atau karena kesombongan atau kemalasan, Anda tidak menjelaskannya kepada mereka dengan cara yang sesuai. Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti, marah atau malas, Anda mengabaikan, tidak mencoba untuk menjelaskan tindakan Anda, tidak menenangkan atau meminta maaf kepada orang yang marah atas tindakan Anda.
19. Kegagalan sekunder dari menolak untuk memaafkan seseorang bila mereka meminta maaf karena telah melakukan kesalahan kepada Anda.
Seandainya seseorang telah melakukan kesalahan kepada Anda, dan mereka datang kepada Anda dengan cara yang pantas untuk menjelaskannya. Jika karena keinginan untuk menyakiti mereka, atau niat jahat, atau hanya karena Anda merasa tidak ingin melakukannya, Anda menolak untuk menerima permintaan maaf, maka Anda telah melakukan kegagalan ini.
20. Kegagalan sekunder dari membiarkan pikiran-pikiran marah berlanjut.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda mulai merasa marah kepada seseorang, dan lalu terus mengenggam kemarahan ini dan membiarkannya berlanjut, dan tidak mencoba untuk menghilangkan kemarahan ini.
12
Tiga kegagalan sekunder berikut ini (no. 21-23) bertentangan dengan praktik virya paramita.
21. Kegagalan sekunder dari mengumpulkan murid-murid dengan keinginan untuk mendapatkan kehormatan dari orang lain.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda mengumpulkan murid-murid dengan harapan orang-orang menghormati Anda, melayani Anda, atau memberikan persembahan materi untuk Anda.
22. Kegagalan sekunder dari tidak menghilangkan kemalasan dan sebagainya.
Pertama-tama kegagalan ini merujuk pada keseluruhan hari, dan pada periode pertama dan terakhir dari malam hari: semuanya kecuali bagian pertengahan. Misalnya selama waktu ini, Anda secara sengaja mengalah pada perasaan nikmatnya tidur; atau kesenangan berbaring, tetap di ranjang, dan sebagainya, dan Anda melakukannya karena kemalasan. Jika Anda bertindak demikian dan tidak menghilangkan kecenderungan ini, maka Anda telah melakukan kegagalan ini.
23. Kegagalan sekunder dari menghabiskan waktu dengan percakapan yang tidak bermanfaat karena Anda menikmatinya.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda menghabiskan waktu dengan percakapan yang sia-sia, mendiskusikan politik, kejahatan, lawan jenis dan sebagainya.
Tiga kegagalan sekunder berikut ini (no. 24-26) bertentangan dengan praktik dhyana paramita.
24. Kegagalan sekunder dari tidak mencari makna dari konsentrasi/meditasi.
Anda melakukan kegagalan ini bila, walaupun Anda ingin belajar cara mencapai keadaan konsentrasi (samadhi), Anda tidak mendatangi seseorang yang dapat memberikan instruksi-instruksi untuk mengembangkan konsentrasi, dan Anda melakukan ini karena ingin menyakiti seseorang atau karena kemalasan.
25. Kegagalan sekunder dari tidak berusaha menghilangkan hambatan-hambatan meditasi.
Seandainya Anda mempunyai salah satu atau kombinasi dari lima halangan umum dalam meditasi: (1) keinginan yang terus-menerus; (2) niat jahat/keinginan untuk menyakiti seseorang; (3) perasaan mengantuk dan ketumpulan mental; (4) perasaan menyesal, khawatir dan agitasi; dan (5) ketidakpastian/keragu-raguan. Anda melakukan kegagalan ini jika Anda membiarkan lima halangan ini berlanjut dan tidak berusaha menghilangkannya.
13
26. Kegagalan sekunder dari menganggap bahwa sensasi-sensasi kenyamanan dari meditasi adalah pencapaian yang penting.
Anda melakukan kegagalan ini jika Anda mulai mengembangkan keterikatan terhadap perasaan menyenangkan yang Anda peroleh selama meditasi dan mulai menganggap pengalaman sensasi ini sebagai suatu pencapaian yang penting.
Delapan kegagalan sekunder berikut ini (no. 27-34) bertentangan dengan praktik prajna paramita.
27. Kegagalan sekunder dari menolak jalan Shravakayana.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda berpikir dan mengungkapkan pada orang lain bahwa, "Mereka yang termasuk dalam jalan Hinayana harus mempelajari kumpulan ajaran Shravakayana, memahami maknanya dan menghafalkan kata-katanya, melatih diri mereka dalam ajaran-ajaran tersebut dan seterusnya. Namun hal ini tidaklah perlu bagi para Bodhisattva."
28. Kegagalan sekunder dari mempelajari ajaran-ajaran Shravakayana, sementara Anda mempunyai waktu dan kemampuan untuk mempelajari ajaran-ajaran Bodhisattvayana.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda mempunyai kesempatan untuk mempelajari ajaran-ajaran Bodhisattvayana, tetapi Anda tidak menggunakan kesempatan ini, dan malah mempelajari ajaran-ajaran Shravakayana.
29. Kegagalan sekunder dari mempelajari ajaran non-buddhis, sehingga mengabaikan belajar ajaran-ajaran Buddha.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda mempunyai kesempatan untuk mempelajari ajaran dari para Buddha tetapi Anda malah mempelajari ajaran non-buddhis. Walaupun mempelajari ajaran-ajaran non-buddhis diperkenankan untuk membantu orang lain, Anda seharusnya tidak menghabiskan waktu dan energi yang berlebihan untuk mempelajarinya
30. Kegagalan sekunder dari tertarik atau terikat pada ajaran non-buddhis pada saat harus mempelajarinya.
Seandainya terdapat situasi dimana Anda perlu mempelajari ajaran-ajaran non-buddhis, misalnya untuk menjelaskan cara pandang yang keliru, Anda melakukan kegagalan ini jika Anda menjadi gemar atau tertarik selama mempelajarinya: pada saat permulaan, pada pertengahan dan pada akhirnya.
14
31. Kegagalan sekunder dari menolak jalan Mahayana.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda mengucapkan kata-kata berikut ini, dan dengan demikian merendahkan bagian apapun dari ajaran-ajaran Bodhisattvayana: "Bagian ini tidak begitu bagus," atau "Tulisan pada poin ini lebih rendah," atau "Penulis bagian ini bukan yang terbaik," atau "Bagian ini tidak memberikan kontribusi pada kebahagiaan makhluk-makhluk."
32. Kegagalan sekunder dari memuji diri sendiri dan mengritik orang lain.
Anda melakukan kegagalan ini bila karena kesombongan atau kemarahan, Anda memuji diri sendiri atau mengritik orang lain.
33. Kegagalan sekunder dari tidak mengikuti pembabaran ajaran.
Anda melakukan kegagalan ini bila karena kesombongan atau kemalasan, Anda tidak menghadiri pembabaran Dharma, diskusi tentang Dharrna, puja dan sebagainya.
34. Kegagalan sekunder dari hanya menfokuskan pada sarana dan tulisan/kata-kata.
Anda melakukan kegagalan ini bila Anda tidak menganggap orang yang memberikan Dharma kepada Anda sebagai Guru dan tidak memberikan penghormatan kepada mereka dan sebagainya. Malah Anda menolak mereka sepenuhnya, atau mengritik di belakang mereka, dan Anda hanya menfokuskan pada bagus tidaknya cara mereka mengajarkannya, ketimbang menfokuskan pada maknanya.
Dua belas kegagalan sekunder berikut ini (no. 35-46) bertentangan dengan sila moralitas untuk membantu makhluk-makhluk lain.
35. Kegagalan sekunder dari tidak membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Ada delapan jenis orang yang mungkin membutuhkan bantuan:
a.
Orang yang sedang menjalankan tugas tertentu;
b.
Orang yang sedang bepergian, yang membutuhkan perlindungan atau bantuan untuk membawa barang-barangnya;
c.
Orang yang berusaha mempelajari bahasa atau Dharma;
d.
Orang yang berusaha mempelajari suatu ketrampilan (selama itu bukan sesuatu yang membahayakan);
e. Orang yang berusaha melindungi kepemilikannya;
f.
Orang yang berusaha mendamaikan perselisihan;
g.
Orang yang merencanakan suatu kegiatan bajik;
h.
Orang yang sedang melakukan suatu kegiatan kebajikan yang umum, misalnya puja.
Anda melakukan kegagalan ini, jika karena marah atau malas, Anda tidak berusaha membantu orang-orang tersebut.
15
36. Kegagalan sekunder dari tidak melayani orang yang sakit.
Seandainya terdapat situasi dimana Anda sepantasnya melayani dan merawat orang sakit. Anda melakukan kegagalan ini jika karena marah atau malas, Anda tidak melakukannya.
37. Kegagalan sekunder dari tidak berusaha untuk menghilangkan penderitaan orang lain.
Seandainya seseorang sedang menderita karena salah satu atau kombinasi dari tujuh
masalah berikut: (1) buta, (2) tuli, (3) cacat, (4) lelah setelah bepergian, (5) tersiksa oleh salah satu dari lima halangan mental, (6) dihantui oleh pikiran-pikiran seperti niat jahat pada seseorang, atau (7) kehilangan otoritas atau posisi atau dilecehkan. Anda melakukan kegagalan ini, bila karena marah atau malas, Anda tidak berusaha menghilangkan penderitaan yang mereka alami.
38. Kegagalan sekunder dari tidak memberikan penjelasan-penjelasan yang tepat kepada mereka yang melakukan hal-hal berbahaya.
Seandainya seseorang sedang melakukan sesuatu yang akan merugikan mereka dalam kehidupan sekarang atau kehidupan mendatang, Anda melakukan kegagalan ini jika karena marah atau malas, Anda tidak menjelaskan kepada mereka alasan-alasan yang logis dan tepat, mengapa mereka harus menghentikannya. Anda melakukan kegagalan ini jika karena marah atau malas, Anda tidak mendesak, mengoreksi atau memotivasi orang yang malas atau orang yang tidak bisa membedakan tindakan-tindakan bajik dan tidak bajik.
39. Kegagalan sekunder dari tidak membalas kebaikan orang yang telah membantu Anda dengan membantu mereka kembali.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda tidak membalas kebaikan yang orang lain lakukan kepada Anda.
40. Kegagalan sekunder dari tidak berusaha menghilangkan kesedihan seseorang.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena ingin menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda tidak berusaha menghilangkan kesedihan mereka yang telah kehilangan orang yang dicintainya atau benda yang mereka sayangi.
41. Kegagalan sekunder dari tidak memberikan uang atau benda-benda materi lainnya kepada orang yang menginginkannya.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda tidak memberikan makanan atau minuman atau benda-benda materi lainnya kepada orang yang memintanya kepada Anda.
16
42. Kegagalan sekunder dari tidak memenuhi kebutuhan murid-murid Anda.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti atau karena kemalasan, Anda tidak memberikan nasihat spiritual atau Dharma kepada murid-murid Anda, atau dengan cara yang pantas, Anda tidak mencari tahu hal-hal yang mereka butuhkan dan tidak mencari tahu cara untuk membantu mereka.
43. Kegagalan sekunder dari gagal menjaga hubungan baik dengan seseorang.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda gagal menjaga hubungan baik dengan orang lain.
44. Kegagalan sekunder dari tidak memuji kualitas baik seseorang.
Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda tidak memuji kualitas baik orang lain, atau tidak memberitahukan kepada mereka betapa baiknya hal yang telah mereka lakukan.
45. Kegagalan sekunder dari tidak menghentikan tindakan membahayakan dari seseorang bila saatnya tepat untuk melakukannya.
Seandainya masalah telah mencapai suatu titik dimana hal yang tepat untuk dilakukan adalah menghukum mereka atau bahkan mengeluarkan mereka. Anda melakukan kegagalan ini jika karena klesha atau karena malas, Anda tidak melakukan apa yang perlu dilakukan. Anda melakukan kegagalan ini jika Anda tidak mencegah mereka yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan, dengan cara yang diperlukan, sesuai dengan keadaan.
46. Kegagalan sekunder dari tidak menggunakan kemampuan supranatural Anda untuk menaklukkan seseorang bila diperlukan.
Seandainya Anda mempunyai kemampuan supranatural, dan pada saat dibutuhkan misalnya untuk menaklukkan seseorang yang melakukan tindakan yang tidak bajik supaya ia menghentikan tindakan tersebut, atau untuk membangkitkan keyakinan atau untuk menaklukkan mereka. Jika Anda tidak menggunakan kekuatan supranatural dalam keadaan yang dibutuhkan tersebut, maka Anda melakukan kegagalan ini.
 Bandarlampung
14 maret
Poniman 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar